
Persiapan Borang Akreditasi Prodi HI
Akreditasi merupakan tuntutan wajib dari pemerintah kepada perguruan tinggi. Tuntutan ini diatur dari UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 61. Dengan akreditasi ini, menjadi upaya pemerintah menjamin mutu suatu lembaga pendidikan oleh lembaga yang independen, disini BAN-PT. Angka akreditasi merupakan bukti bahwa kegiatan pendidikan dan pengajaran sudah sesuai dengan standar jaminan mutu.
Klasifikasi program studi atau perguruan tinggi ini akan dibagi kedalam bebrapa nilai, yaitu: C, B, atau A. Dengan nilai A sebagai patokan standar jaminan mutu tertinggi, dan nilai ini akan menjadi asset penting bagi perguruan tinggi atau program studi. Selain itu nilai akreditasi bisa jadi tolak ukur kelayakan lulusan yang dihasilkan.
Menindaklanjuti hal tersebut maka, pada hari Selasa 19/2/2019 telah dilakukan rapat koordinasi antara tim penyusun Borang Akreditasi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universits Maritim Raja Ali Haji dengan perwakilan Tim Penjaminan Mutu Universitas Maritim Raja Ali Haji terkait kesiapan Akreditasi. Beberapa poin penting yang menjadi catatan diantaranya :
1. melakukan review Prinsip Dasar Penyusunan Borang
Penyusunan Borang Akreditasi Prodi Ilmu Hubungan Internasional dilakukan sesuai dengan konsep dan falsafah yang melandasi layanan akademik dan profesional perguruan tinggi, serta manajemen Perguruan Tinggi;
2. Pemahaman atas 7 Standar Akreditasi
7 Standar pada Borang Akreditasi terdiri atas beberapa elemen penilaian (parameter/indikator kunci) yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan menetapkan mutu dan kelayakan kinerja;
3. Meninjau kelemahan – kelemahan
Dalam kesempatan ini Bapak Rozeff Pramana, S.T., M.T dari tim penjaminan mutu memberikan masukan terhadap beberapa poin dari 7 standar instrumen Akreditasi BAN PT yang menjadi unsur pokok penilaian, serta beliau juga berharap agar Borang yang telah disusun agar dapat segera di upload.
.hm{text-align: center; display: table-column;}Maritime Series: Tanjungpinang’s Harbor strategy on Facing ASEAN Economy Community

8 November 2018, Hari yang indah bagi awal baru, di tanggal ini pun mahasiswa prodi HI UMRAH menjadi tuan rumah dari sebuah seminar nasional yang digagas oleh PELINDO II yang mana bapak Arif Indra Perdana selaku perwakilan PELINDO II yang memberikan materi. Tema dari seminar ini sendiri adalah Strategi pengembangan pelabuhan di Tanjungpinang dalam menghadapi MEA, tentunya materi ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran Mahasiswa HI UMRAH yang mana para mahasiswa nantinya akan mengalami MEA setelah lulus akan sangat terbantu, ditambah dalam materi ini diterangkan pula bagaimana pelabuhan beradaptasi dengan dinamika MEA.
“Tentunya sangat membantu ya, dalam beberapa skala yang ada kita sebagai mahasiswa merasa sangat terbantu dengan materi yang diberikan karena kita juga pasti akan menghadapi MEA juga” tutur Jaya salah satu mahasiswa HI angkatan 2016 “Yaa kita merasa terbantu sih dengan melihat strategi pelabuhan menghadapai MEA kita jadi lebih Aware dan bisa tau lebih dalam Strateginya PELINDO II dalam menghadapi MEA dan kita juga bisa terapkan baik itu dalam simulasi ataupun secara langsung pada badan-badan transportasi internasional lain” jawab Fairuz mahasiswa HI angakatan 2017 ketika ditanyai perihal seminar ini. Seminar ini juga merupakan Output dari proses Pra Magang beberapa Mahasiswa HI tahun angkatan 2016.
Borderline Series: Refugees in Indonesia UNHCR special

1 November 2018, Sebuah Hari menakjubkan untuk memulai sebuah langkah inovatif, pada tanggal ini pula Mahasiswa dan Mahasiswi HI UMRAH didatangi oleh seorang pemateri yang sangat berkaitan dengan dunia Internasional salah satu perwakilan dari UNHCR (United Nation High Commisioner for Refugees) yaitu Melisa Sidabutar, dalam kesempatan ini beliau memberikan materi tentang “Perlindungan Pengungsi di Indonesia” dimana materi ini tentunya sangat bermanfaat bagi para mahasiswa HI UMRAH yang mana UNHCR serta Pengungsi sangat berkaitan erat dengan dunia internasional terutama daerah perbatasan.
“sangat bermanfaat tentunya bagi kami yang ingin medalami tentang pengungsi yang ada di Indonesia terutama di kawasan Kepulauan Riau” tutur Dodi salah satu Mahasiswa HI angkatan 2018 “kita bisa jadi lebih tahu tentang dinamika yang terjadi dan selalu dihadapi oleh para pegawai ataupun orang-orang yang bekerja di UNHCR sendiri” ucap Sukma mahasiswa HI angkatan 16. Tentunya seminar ini sendiri sangat bermanfaat bagi banyak orang yang mana selain mahasiswa HI beberapa mahasiswa lain juga mengikuti seminar ini sebagai peserta.
Road To Singapura Johor Excursion
Ekskursi Singapura-Johor merupakan sebuah kegaitan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Prodi Ilmu Hubungan Internasional dengan bantuan dari para mahasiswanya. kegaitan ini sendiri digagas oleh Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yaitu Bapak Sayed Fauzan Riyadi, S.Sos. IMAS. sebagai ajang unjuk gigi para mahasiswanya dalam menghadapi dunia Internasional. Acara ini melibatkan mahasiswa semester II sebagai pesertanya dan seluruh mahasiswa dalam pencarian dana serta perencanaan kegiatannya sedangkan pihak dosen yang melakukan peninjauan lapangan. pada kegaitan ini para peserta akan diberangkatkan selama 3 hari dan 2 malam terhitung dari tanggal 15 Agustus sampai tanggal 17 Agustus, dalam perjalanan ini para mahasiswa ilmu hubungan internasional akan mengalami pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan dunia internasional serta mendekatkan diri dengan negara-negara yang ada dalam ruang lingkup ASEAN.
Perjalanan ini sendiri akan diakhiri dengan upacara kemerdakaan yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus di kantor Konsulat Jendral Republik Indonesia Johor, Malaysia.
Implementasi Nawacita Dalam Kebijakan Luar Negeri dan Penguatan Poros Maritim Dunia
TANJUNGPINANG [UMRAH] – Program Studi Ilmu Hubungan Internasional kembali mengadakan Kuliah Umum dengan mengangkat tema “Implementasi Nawacita Dalam Kebijakan Luar Negeri dan Penguatan Poros Maritim Dunia” Selasa,(20/3/2018) bertempat di Auditorium Kampus UMRAH, Dompak
Kuliah Umum ini menghadirkan Bapak Dr. Thanon Aria Dewangga, S.IP.,M.Si. selaku Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Internasional Sekretaris Kabinet Republik Indonesia sebagai narasumber
Dalam kata sambutannya, Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Bapak Sayed Fauzan Riyadi, S.Sos, IMAS, mengatakan bahwa Kuliah Umum dengan tema Nawacita Presiden ini yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia merupakan hal yang relevan dengan visi UMRAH.
Karenanya Mahasiswa UMRAH harus memahami dan menjadi bagian dari kebijakan ini.Acara Ini kemudian dibuka dengan kata sambutan dari Wakil Rektor I Prof.Dr.rer.nat Rayandra Asyhar, M.Si.
Dalam ksambutannya Prof. Rayandra mengatakan bahwa tema yang diangkat mengenai Implementasi Nawacita Presiden Jokowi merupakan tema yang faktual karena mengingat UMRAH merupakan Universitas Maritim satu-satunya di Indonesia, diharapkan Kuliah Umum ini dapat memberikan pandangan yang baru bagi mahasiswa untuk sekaligus dapat membantu program Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Dalam Kuliah Umum yang dipaparkan oleh Dr. Thanon bahwasanya melalui Program Nawacita Presiden Jokowi ini beberapa cita-cita dari 9 agenda tersebut sudah mulai berjalan yang mana pemerintah sekarang fokus dalam beberapa program prioritas seperti pangan,energi, pariwisata, maritim dan yang terakhir adalah industri (Kawasan Industri & KEK) yang mana diharapkan meningkatnya investor-investor asing ke Indonesia.
Presiden Jokowi memiliki cara tersendiri dalam menggaet investor asing dengan melakukan diplomasi-diplomasi dimana dulu Indonesia hanya bisa menerima bantuan-bantuan dari negara lain kini Indonesia giat dalam memberikan bantuan-bantuan ke negara-negara yang membutuhkan seperti Fiji dan lain-lain. Indonesia juga mempunyai tujuan agar dapat dipilih kembali menjadi Dewan Keamanan Tidak Tetap PBB untuk mewujudkannya para Duta Besar diharapkan pro aktif dalam mencari dukungan negara-negara sahabat. Keputusan presiden yang mana mencabut semua peraturan menteri yang tidak pro-investasi dan tidak mendukung ekspor juga diharapkan dapat memudahkan para investor.
Tidak hanya berfokus pada bidang investasi pemerintah juga sedang gencar-gencarnya dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dalam beberapa KTT Presiden Jokowi menekankan “sebagai negara maritim, Indonesia harus menegaskan dirinya sebagai Poros Maritim Dunia, sebagai kekuatan yang berada di antara dua samudera: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik” (Presiden Jokowi, KTT Asia Timur di Nay Pyi Daw, Myanmar, Kamis 13 November 2014).
Karena letaknya yang sangat strategis, Indonesia diharapkan untuk dapat menjadikannya sebagai kesempatan dalam perwujudannya. Indonesia juga dipercaya dapat memberikan konstribusi positif bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional
Beberapa Pertanyaan dilontarkan oleh mahasiswa yang hadir dalam acara Kuliah Umum tersebut, diantaranya isu mengenai hutang-hutang Indonesia, perdagan internasional yang melibatkan Indonesia, konstelasi politik luar negri Indonesia dan sebagainya. Kuliah Umum diakhiri dengan penyerahan plakat dari pihak UMRAH melalui prodi dan penyerahan cinderamata dari pihak Sekretaris Kabinet Republik Indonesia juga berupa plakat. Serta tidak lupa ditutup dengan sesi foto bersama dengan seluruh mahasiswa dan tamu undangan.
ASEAN Series: AEC Impact on Economy and Security

15 Desember 2017, sebuah jejak baru untuk memulai hari yang cerah, Khususnya bagi para mahasiswa ilmu hubungan internasional yang mana pada hari ini tamu special yang akan memberikan sedikit ilmunya pada mereka. bapak Widya rahmanto yang merupakan perwakilan dari Kementrian Koordinator bidang politik, hokum dan keamanan (KEMENKO POLHUKAM) dalam kesempatan ini beliau menyempaikan tentang “Perkembangan Kerja sama masyarakat ASEAN pada pilar Politik dan Keamanan” materi yang disampaikan oleh beliau sangatlah menarik dimana tak hanya mahasiswa HI saja yang menghadiri seminar ini melainkan beberapa mahasiswa jurusan lain pun ikut hadir dalam seminar yang sangat meriah ini
“Materi yang diberikan sangat bagus, saya dapat memahami lebih dalam tentang MEA dan isinya serta dampaknya pada Politik baik itu dalam dan Luar negeri” sebut Sausa salah satu mahasiswa HI angkatan 18, “sangat menarik, saya mendengarkan materi beliau secara seksama, dengan mengikuti seminar ini saya jadi lebih memahami tentang efek MEA terhadap Kemanan, walaupun terasa tidak berkaitan awalnya, setelah beliau menjelaskan materinya saya jadi lebih mengerti dengan baik” tutur Zacky salah satu mahsiswa HI angkatan 17.
Indonesian Maritime History, a new point of view

Mengacu pada kamus besar Bahasa Indonesia kata maritim diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan laut atau berhubungan dengan perdagangan dan pelayaran dan di laut. Istilah maritim sering digunakan untuk terminologi kelautan. Bila suatu negara dikatakan negara maritim, maka negara tersebut memiliki daerah teritorial laut yang lebih luas dibandingkan daratannya. Dapat diartikan juga bahwa negara maritim ini memiliki banyak pulau. Selain itu juga negara maritim memiliki wilayah kekuasaan laut yang luas dan tersimpan berbagai kekayaan sumber daya alam.
Prof. Dr. Susanto Zuhdi sebagai pemateri dalam seminar jurusan ilmu hubungan internasional fisip umrah tentang sejarah maritim juga menuturkan bahwa Indonesia sebagai negara maritim memiliki 17.504 pulau. Selain itu, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan sehingga memungkinkan Indonesia untuk memiliki angkatan lautnya sendiri. Dengan luas wilayah tersebut juga tentunya menyimpan banyak potensi sumber daya alam dari laut.
Jika menelisik sedikit tentang sejarah Indonesia pernah mencapai masa keemasan di bidang maritim pada zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Kerajaan Islam. Bahkan sejak Kerajaan Kutai (abad ke-4), masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan laut untuk aktivitas perdagangan dan pelayaran. Selain di masa-masa kerajaan, pada masa penjajahan juga terdapat banyak pertempuran yang terjadi di laut. Pertempuran ini melibatkan angkatan laut Indonesia dengan angkatan laut penjajah.
Dalam sejarah, tertuliskan pahlawan-pahlawan bahari seperti Fatahillah, Sultan Iskandar Muda Hasanudin, Komodor Yos Sudarso dan sebagainya. Perjuangan di bidang kemaritiman dilanjutkan pasca kemerdekaan yaitu dalam mengukuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal tersebut dituliskan dalam Deklarasi Juanda. Dengan diangkatnya kembali sektor kemaritiman oleh Presiden Joko Widodo, diharapkan Indonesia mampu kembali berjaya. Bahkan sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia berpotensi menjadi negara poros maritim dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
European Series: Malaca Strait, The Magnificent Gem Of Indonesia

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Maritim Raja Ali Haji menyadari bahwa isu keamanan laut sangat penting dalam berbagai aspek baik itu keilmuan maupun dalam kehidupan sosial, oleh karena itu dalam momen inisiasi dari jurusan ilmu hubungan internasional panitia mengadakan seminar dengan pemateri dari University of Amsterdam.
Kesempatan pertemuan itu dimaksimalkan dengan baik dimulai dari pembahasan tentang Asia Tenggara memiliki wilayah yang cukup srategis dan penting bagi perdagangan dunia adalah Selat Malaka. Selat inilah yang menghubungkan wilayah Asia dengan Eropa dan Timur Tengah. Selat Malaka adalah salah satu checkpoint maritim dunia yang berbahaya dan menjadi tujuan kejahatan transnasional. Selat Malaka berada di antara negara-negara pesisir dari Indonesia, Malaysia dan Singapura di utara pulau Sumatera Indonesia dan selatan Malaysia yang terletak 600 mil panjang dan merupakan koridor utama dari bagian antara Samudera Hindia dan Laut China Selatan. Dengan panjang sekitar 800 km, lebar 50 hingga 320 km, dan kedalaman minimal 32 meter, Selat Malaka merupakan selat terpanjang di dunia yang digunakan sebagai jalur pelayaran internasional. Perkiraan saat ini menunjukkan bahwa 150-500 kapal berupa kapal barang besar dan kapal tanker, tidak termasuk lalu lintas lokal yang melewati Selat Malaka per hari, atau kurang lebih 50.000 kapal per tahun. (Adam, 2007).
Dr. Ursula Daxecker juga menuturkan bahwaSelat Malaka menjadi salah satu kawasan perairan di Asia Tenggara yang paling rawan terjadinya pembajakan dan perompakan laut dikarenakan sekitar 80% perdagangan dunia melewati laut, termasuk wilayah laut di Asia Tenggara. pada tahun 2000 terjadi 75 insiden atau 16 persen dari total serangan bajak laut di dunia. Pada tahun yang sama, 25 persen dari serangan bajak laut dan perompak terjadi di perairan Indonesia. (International Chamber of Commerce, 2000).
Dalam kedepannya seminar ini diharapkan membuka minat bagi seluruh mahasiswa ilmu hubungan internasional dalam membuka wawasan kemaritiman dan mengerti betapa berharganya wilayah kepulauan riau akan sumber kajian terlabih dalam isu keamanan laut internasional